July 7, 2009

LITERARY WORKS IN EFL TEACHING : A BRIEF OVERVIEW

..................................................

Terdapat beberapa alasan mengapa karya sastra cocok di gunakan dalam pengajaran bahasa. Salah satunya adalah bahwa karya sastra membantu siswa mengerti dan mengapresiasi budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda. Alasan lain adalah bahwa karya sastra atau lebih tepatnya teks sastra dapat berfungsi sebagai contoh penggunaan tipe-tipe tertentu dari pola dan struktur bahasa, seperti penggunaan kosa kata dan sintaksis.  Hal ini senada dengan pendapat Collie and Slater (1987) yang menyatakan bahwa sastra memiliki konteks yang kaya di mana unsur-unsur leksikal dan sintaksis dibuat lebih lama tertanam dalam ingatan.  

Di samping kedua alasan di atas, sastra juga memberikan kenikmatan tersendiri bagi siswa. Sastra dapat membangun hubungan emosional dan estetis antara pembaca dengan teks, serta memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu (Mckay, 1986). Ini pada gilirannya akan meningkatkan motivasi siswa untuk membaca lebih banyak lagi karya sastra, dan meningkatkan keterampilan berbahasa mereka, terutama keterampilan membaca.

KARYA SASTRA SEBAGAI “MOTIVATING MATERIAL”

          Di berbagai negara di dunia, karya sastra bernilai sangat tinggi. Dengan alasan ini, siswa yang sedang belajar bahasa Inggris  dapat mengalami suatu pencapaian nyata dalam mendalami materi-materi sastra di kelas. Jika siswa mengenal dengan baik sastra dalam bahasa ibu mereka, maka belajar sastra dalam bahasa Inggris dapat memberikan nilai bandingan yang positif.

          Karya sastra penuh dengan tema-tema segar dan penggunaan bahasa yang tidak monoton. Sebuah novel atau cerpen yang bagus, misalnya, akan sangat menarik apabila melibatkan siswa dalam ketegangan-ketegangan alur cerita.  Pelibatan seperti ini lebih tertanam dalam sanubari siswa dibandingkan dengan gaya penceritaan yang dipakai dalam buku-buku teks.  Sebuah drama dapat melibatkan siswa dalam dilema-dilema orang dewasa yang sangat kompleks. Sebuah puisi dapat menggelorakan respon emosional siswa. Jika materi pembelajaran dipilih dengan cermat, siswa akan merasa bahwa apa yang mereka lakukan di kelas sangat relevan dan bermanfaat bagi kehidupannya.

          Karya sastra memberi siswa akses terhadap kebudayaan bangsa yang sedang dipelajari bahasanya.  Karya sastra dalam bahasa Inggris mencerminkan keberagaman dunia kita. Karya-karya itu ditulis oleh pelbagai penulis dengan kebangsaan yang berbeda-beda, dan dengan budaya yang sangat beragam. Dengan demikian, siswa akan mengetahui rentang budaya di mana karya sastra berbahasa Inggris tersebut dihasilkan.

KARYA SASTRA SEBAGAI PEMICU PEMEROLEHAN BAHASA

          Dalam banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, siswa memiliki akses yang sangat terbatas terhadap bahasa Inggris lisan (spoken English). Dengan demikian, bahasa tertulis (written English) tidak jarang berperan lebih dominan terhadap pemerolehan bahasa siswa. Karya sastra dapat menstimulasi pemerolehan bahasa karena diyakini dapat menyediakan konteks yang mudah diingat dalam memeroses dan menginterpretasi bahasa baru.

          Tentunya, pada tingkatan atau level bawah siswa mungkin tidak mampu memahami naskah novel atau cerpen yang otentik dalam bahasa Inggris.  Pemberian tugas membaca di luar kelas, misalnya, mungkin harus diberikan sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa.  Sementara pada level yang lebih tinggi siswa kemungkinan dapat larut dalam alur cerita dari novel atau cerpen otentik sehingga dimungkinkan terjadinya pemerolehan bahasa baru.  Dengan demikian, membaca karya sastra merupakan cara yang penting dalam melengkapi keterbatasan input dalam kelas.  Jika tersedia materi karya sastra dalam bentuk rekaman, baik audio maupun video, siswa dapat memperoleh bahasa baru dengan cara menyimaknya.

          Di dalam kelas, penggunaan naskah sastra merupakan cara yang efektif dalam mendukung kegiatan di mana siswa dituntut untuk berbagi pendapat dan perasaan, seperti diskusi dan kerja kelompok. Ini dimungkinkan karena sastra sangat kaya dalam berbagai tingkatan makna. Sebagai contoh, manakala siswa membaca naskah drama, sangat mungkin siswa menemukan banyak kata yang masih asing buat mereka. Akan tetapi, bila mereka menyimak naskah tersebut dibacakan oleh guru atau melalui kaset, mereka kemungkinan akan mampu menebak makna kata-kata baru. Tebakan-tebakan mereka terbantu oleh pemahaman mereka terhadap hubungan antara pembicara dengan intonasi yang digunakan untuk menyatakannya.

 

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI SISWA

 

          Karya sastra, terutama puisi, sangat sering berbeda dari bentuk diskursus yang lain dan lebih sering keluar dari aturan-aturan sintaksis, kolokasi dan bahkan kohesi. Itulah sebabnya guru terkadang mengatakan bahwa dengan menggunakan karya sastra, kita menggiring mereka kepada penggunaan bahasa yang salah.

          Pernyataan di atas tidak sepenuhnya benar. Yang harus dipertanyakan kepada guru adalah apakah betul naskah sastra seperti itu membingungkan siswa.  Justeru dengan mengajak siswa  untuk menelaah penggunaan bahasa yang lebih rumit akan menantang mereka untuk berpikir tentang norma-norma penggunaan bahasa. Dengan penggunaan bahasa yang “menyimpang”, kita membantu siswa untuk tidak hanya menyadari efek  “style” khusus dalam karya sastra, tetapi juga menelaah bagaimana efek tersebut tercapai dengan cara memisahkannya dari norma bahasa.

          Dalam karya sastra, ungkapan-ungkapan idiomatik mengasah kemampuan interpretasi siswa. Siswa dilatih untuk mengetahui maksud yang terkandung di belakang ungkapan-ungkapan tersebut. Sebagai contoh, dalam puisi sebuah kata dapat bermakna kiasan dan jauh keluar dari makna kamus. Pelibatan siswa dalam teks seperti itu merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi siswa untuk mendiskusikan hasil interpretasi masing-masing berdasarkan bukti-bukti (evidence) yang terdapat dalam teks. Dengan demikian, siswa akan terbantu dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam menyimpulkan makna yang terkandung dalam teks. Keterampilan seperti ini dapat juga diterapkan dalam situasi lain di mana siswa diperhadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka membuat interpretasi dari pernyataan-pernyataan yang bersifat implisit.

 

PENUTUP

 

          Paparan di atas merupakan secuil dari beberapa manfaat menggunakan karya sastra sebagai materi pembelajaran bahasa. Karya sastra memiliki fungsi-fungsi lain yang lebih luas. Sastra dapat memberi stimulus terhadap daya imaginasi siswa, mengembangkan kemampuan kritis mereka, dan meningkatkan kesadaran emosional mereka. Manakala siswa diminta untuk merespon teks yang diberikan kepadanya, mereka akan semakin percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya dalam bahasa Inggris.

          Ungkapan-ungkapan skeptis terhadap penggunaan karya sastra sebagai materi pembelajaran tidak seharusnya terjadi bila para guru memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Karya sastra, seperti yang terpaparkan di atas, diyakini dapat membantu siswa dalam belajar karena karya sastra bersifat memotivasi siswa, memberi stimulus terhadap pemerolehan bahasa, serta dapat meningkatkan kemampuan interpretatif siswa.

BAHAN RUJUKAN

Cheung, C. (2001). The Use Of Popular Culture As A Stimulus To Motivate Secondary Students’ English Learning In Hongkong. ELT Journal, 55 (1), 55-61.

Collie, J And S. Slater (1987). Literature In The Language Classroom: A Resource Book of Ideas and Activities. Cambridge: CUP

Gray, Ronald (2005). Using Translated First Language Literature in the Second Language Classroom. Internet TESL Journal. 11 (12)

Iskandar (1993). The Students’ Ability to Appreciate Short Stories. Unpublished Thesis. IKIP Ujung Pandang.

Iskandar (2005). The Utilization of Storytelling as a Technique in Teaching Speaking. Performance. 4(1), 43-50.

Lazar, Gillian. 1993. Literature and Language Teaching. A Guide for Teachers and Trainers. Cambridge. CUP.

Kilickaya, Ferit. (2004). Guidelines to Evaluate Cultural Content in Textbooks. Internet TESL Journal 10 (12).

Mckay, Sandra (1986). Literature In The ESL Classroom. In R. Carter And David Nunan (Eds). Literature and Language Teaching (pp.191-198). Oxford: Oxford University Press.